Kamis, 01 Juli 2004

Bimbel Marak Saat SPMB

SETIAP tahun pasti ada masa ketika pusat bimbingan belajar (bimbel) kebanjiran siswa baru. Waktunya, kapan lagi kalau bukan menjelang SPMB.
Siswa SMA yang memiliki kemampuan finansial lebih, hampir dapat dipastikan bakal mengikuti bimbel ini. Tujuannya, tentu saja agar kesempatan lolos SPMB menjadi lebih besar. Pusat-pusat bimbel memang menjanjikan kesempatan yang lebih besar bagi siswanya untuk lulus SPMB, terutama mereka yang sudah mapan seperti SSC atau Ganesha Operation (GO).
Jika siswa tidak lulus SPMB, ada komponen uang pendidikan yang dijanjikan akan kembali.
Dengan janji seperti itu, ditambah lagi bukti di lapangan, telah semakin meningkatkan minat siswa untuk mengikuti bimbel. Seperti yang dikatakan oleh Corporate Secretary Sony Sugema Group, Yandi W. R beberapa waktu lalu, jumlah siswa SSC mengalami peningkatan sebanyak 23 persen dari tahun lalu. Untuk kelas intensifnya saja, SSC sudah menampung sekira 3.500 siswa. Sementara siswa GO di seluruh Indonesia saat ini telah menembus angka 45.000 orang.
Siswa yang mendaftar ke bimbel akan semakin ramai ketika SPMB semakin mendekat. Biasanya mereka mendaftar setelah lulus SMA agar lebih fokus mempelajari mata pelajaran yang diujikan di SPMB. "Jumlah yang masuk setelah kelulusan lebih besar dari pada yang masuk sebelum kelulusan SMU," ujar Yandi.
Tidak hanya siswa yang baru lulus saja yang tertarik mengikuti bimbel, angkatan lama yang masih punya kesempatan mengikuti SPMB juga tidak sedikit yang tertarik. Kelas untuk mereka biasanya disebut kelas alumni.
Kenapa siswa-siswa ini tertarik mengikuti bimbel? Pimpinan GO, Bob Foster memiliki jawaban yang cukup mewakili. Bob mengatakan, mereka yang ikut bimbel adalah siswa-siswa yang merasa perlu tambahan pelajaran, merasa belum percaya diri dan yang pasti memiliki kemampuan finansial yang lebih.
Ia mengatakan, melalui bimbel, siswa akan mendapat tambahan pelajaran, sebagaimana juga mendapat tambahan menggunakan strategi yang efektif untuk menghadapi SPMB, misalnya menjawab soal dengan cara cepat. Karena bagi lulusan SMA, SPMB itu sendiri sebenarnya masih merupakan misteri. "Kalau mereka tidak memiliki strategi tentu peluangnya akan semakin kecil," ujarnya.
Dari seberang
Walaupun setiap tahun peserta SPMB selalu mengalami penurunan, hal tersebut tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah peserta bimbel. Seperti dijelaskan Bob Foster, sulit untuk membuat korelasi turunnya peserta SPMB dengan peserta bimbel yang rata-rata konstan atau malah cenderung meningkat.
Bagi pusat bimbel seperti SSC dan GO yang berkantor pusat di Bandung, setiap tahun mereka selalu mendapatkan siswa dari luar daerah yang sengaja datang ke Bandung, hanya untuk mengikuti bimbel di kota ini.
Alasannya pun bermacam-macam, tapi selalu ada jawaban yang hampir mirip, bimbel di pusat akan lebih afdal dan terjamin. Tidak sedikit yang sengaja datang dari daerah seberang seperti Kalimantan atau Sumatera, padahal di kota-kota tempat mereka tinggal, GO dan SSC rata-rata sudah mendirikan pusat bimbel juga. "Mungkin mereka menganggap bila ikut bimbel di SSC pusat akan lebih meyakinkan, padahal di kota-kota itu sendiri sudah ada SSC," ujar Yandi W.R.
Lalu bagaimana dengan persaingan antarpusat-pusat bimbel? Mengenai persaingan, Bob Foster mengatakan, hal itu harus dipandang secara positif. Bagi siswa, dengan semakin banyaknya pusat bimbel akan menguntungkan karena mereka mendapat banyak pilihan. Sementara untuk pengelola bimbel sendiri, dengan munculnya pesaing akan memacu diri mereka untuk menampilkan dan menawarkan yang terbaik. (Zaky/"PR")*** - Pikiran Rakyat - 1 Juli 2004