Minggu, 16 Desember 2007
Outbound - Program ITB - FK SSC
Program Outbound yang dilaksanakan oleh SSC bagi siswa-siswi Prog ITB-FK SSC pada hari minggu 16 Desember 2007.
Selasa, 04 September 2007
UN+SPMB 2008 = Masih lama?
UN+SPMB 2008 = Masih lama?
Rizqa Hanif Basuki, pelajar SMAN 3 Bandung
X: Eh, kamu mau masuk mana?Y: Hmmm …kalo nggak FK, ya FTSL …kamu?X: Aku sih pengennya masuk STEI atau MIPA .…Y: Aduh …bisa nggak ya?
Pasti temen-temen udah enggak asing lagi denger percakapan kayak gitu, di angkot, di sekolah, di kelas …
Waduh, waktu memang berjalan begitu cepat. Perasaan masih SD deh, masih pake baju putih merah, masih dianter ortu ke sekolah, dan yang pasti masih jauh dari bayang-bayang UN atau SPMB. Dua tahun di SMA memang enggak kerasa, tahu-tahu udah kelas tiga lagi dan mau nggak mau kita harus siap menghadapi UN dan SPMB.
Temen-temen, ngerasa nggak kalau kita cuma punya waktu kurang dari setahun buat mengulang semua pelajaran yang udah kita pelajari selama di SMA? Menurut saya, waktu yang kurang dari setahun itu enggak cukup buat mengulang semua pelajaran. Buat anak IPS ada ekonomi, sosiologi, geografi, sejarah. Kalau buat anak IPA ada matematika, kimia, biologi, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan tentu aja fisika! Pelajaran sebanyak itu, dengan bab-bab yang tidak kalah banyak pula, harus diulang dalam waktu satu tahun? Subhanallah!
Di saat-saat seperti inilah, saya mulai merasa sangat menyesal. Kenapa dulu saya nggak belajar sungguh-sungguh? Kenapa saya dulu belajar cuma kalau ada PR atau ulangan? Kenapa saya dulu jarang latihan soal? Kenapa saya nggak belajar dicicil dari dulu? Dan sederet “kenapa” yang lain.
Dulu, waktu saya masih kelas dua, setiap pagi di kelas ribut, temen-temen pada nyontek PR ke anak-anak yang rajin. Pas istirahat musala sepi, soalnya temen-temen pada makan di kantin sambil ngobrol. Pulang sekolah enggak langsung pulang malah ngobrol sama temen-temen yang lain sampai sore.
Tapi, sekarang, beda banget! Pagi-pagi, temen-temen udah sibuk masing-masing. Ada yang mengulang pelajaran kemarin, ada yang baca pelajaran buat nanti, ada juga yang latihan soal buat SPMB. Bagaimana dengan PR? Udah beres dua hari sebelumnya. Pas istirahat, musala penuh banget, sebaliknya kantin jadi sepi, anak-anak makin rajin salat dan berdoa, soalnya usaha itu harus disertai dengan doa. Pulang sekolah, pada bimbel sampai malam bahkan ada yang sampai begadang latihan soal di tempat bimbel. Yang nggak bimbel langsung pulang, belajar sendiri di rumah sampai pusing.
Suasana kayak gitu udah jadi pemandangan biasa di sekolah sejak awal tahun pelajaran kemarin. Semua anak langsung panas kalau denger kata UN atau SPMB. Apalagi pas pengumuman SPMB 2007 kemarin, temen-temen pasti langsung pada mikir bisa enggak ya tahun depan saya lulus UN sama SPMB? Jadi ngiri sama kakak kelas yang udah tenang melewati masa-masa sulit kayak gini.
Akan tetapi, itu semua jadi motivasi kita untuk belajar dan berusaha melakukan yang terbaik. Mulai hari ini, detik ini juga, kobarkan semangat belajar di hati kita masing-masing. Jangan lupa berdoa! Ayo kita sama-sama berjuang! Lakukan yang terbaik dan jangan sampai kita menyesal nanti. Seperti apa yang teman saya bilang, "Lebih baik menangis tahun ini karena capek belajar daripada menangis karena menyesal Agustus tahun depan".*** - Belia - Pikiran Rakyat - Selasa, 04 September 2007.
Rizqa Hanif Basuki, pelajar SMAN 3 Bandung
X: Eh, kamu mau masuk mana?Y: Hmmm …kalo nggak FK, ya FTSL …kamu?X: Aku sih pengennya masuk STEI atau MIPA .…Y: Aduh …bisa nggak ya?
Pasti temen-temen udah enggak asing lagi denger percakapan kayak gitu, di angkot, di sekolah, di kelas …
Waduh, waktu memang berjalan begitu cepat. Perasaan masih SD deh, masih pake baju putih merah, masih dianter ortu ke sekolah, dan yang pasti masih jauh dari bayang-bayang UN atau SPMB. Dua tahun di SMA memang enggak kerasa, tahu-tahu udah kelas tiga lagi dan mau nggak mau kita harus siap menghadapi UN dan SPMB.
Temen-temen, ngerasa nggak kalau kita cuma punya waktu kurang dari setahun buat mengulang semua pelajaran yang udah kita pelajari selama di SMA? Menurut saya, waktu yang kurang dari setahun itu enggak cukup buat mengulang semua pelajaran. Buat anak IPS ada ekonomi, sosiologi, geografi, sejarah. Kalau buat anak IPA ada matematika, kimia, biologi, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan tentu aja fisika! Pelajaran sebanyak itu, dengan bab-bab yang tidak kalah banyak pula, harus diulang dalam waktu satu tahun? Subhanallah!
Di saat-saat seperti inilah, saya mulai merasa sangat menyesal. Kenapa dulu saya nggak belajar sungguh-sungguh? Kenapa saya dulu belajar cuma kalau ada PR atau ulangan? Kenapa saya dulu jarang latihan soal? Kenapa saya nggak belajar dicicil dari dulu? Dan sederet “kenapa” yang lain.
Dulu, waktu saya masih kelas dua, setiap pagi di kelas ribut, temen-temen pada nyontek PR ke anak-anak yang rajin. Pas istirahat musala sepi, soalnya temen-temen pada makan di kantin sambil ngobrol. Pulang sekolah enggak langsung pulang malah ngobrol sama temen-temen yang lain sampai sore.
Tapi, sekarang, beda banget! Pagi-pagi, temen-temen udah sibuk masing-masing. Ada yang mengulang pelajaran kemarin, ada yang baca pelajaran buat nanti, ada juga yang latihan soal buat SPMB. Bagaimana dengan PR? Udah beres dua hari sebelumnya. Pas istirahat, musala penuh banget, sebaliknya kantin jadi sepi, anak-anak makin rajin salat dan berdoa, soalnya usaha itu harus disertai dengan doa. Pulang sekolah, pada bimbel sampai malam bahkan ada yang sampai begadang latihan soal di tempat bimbel. Yang nggak bimbel langsung pulang, belajar sendiri di rumah sampai pusing.
Suasana kayak gitu udah jadi pemandangan biasa di sekolah sejak awal tahun pelajaran kemarin. Semua anak langsung panas kalau denger kata UN atau SPMB. Apalagi pas pengumuman SPMB 2007 kemarin, temen-temen pasti langsung pada mikir bisa enggak ya tahun depan saya lulus UN sama SPMB? Jadi ngiri sama kakak kelas yang udah tenang melewati masa-masa sulit kayak gini.
Akan tetapi, itu semua jadi motivasi kita untuk belajar dan berusaha melakukan yang terbaik. Mulai hari ini, detik ini juga, kobarkan semangat belajar di hati kita masing-masing. Jangan lupa berdoa! Ayo kita sama-sama berjuang! Lakukan yang terbaik dan jangan sampai kita menyesal nanti. Seperti apa yang teman saya bilang, "Lebih baik menangis tahun ini karena capek belajar daripada menangis karena menyesal Agustus tahun depan".*** - Belia - Pikiran Rakyat - Selasa, 04 September 2007.
Sabtu, 01 September 2007
Jumat, 03 Agustus 2007
90.815 Peserta Lulus SPMB 2007
BANDUNG, (PR).-Sebanyak 90.815 peserta dinyatakan lulus pada Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) 2007. Mereka diterima di 1.799 program studi yang tersebar di PTN seluruh indonesia.
Sekretaris Eksekutif Panitia Lokal Bandung Asep Ghana Suganda, Kamis (2/8), mengatakan, untuk panitia lokal Bandung, sebanyak 8.581 orang dari 28.250 peserta yang mendaftar dinyatakan lulus. Sebanyak 1.650 orang di antaranya diterima di Institut Teknologi Bandung, 3.780 orang diterima di Universitas Padjadjaran, 2.830 diterima di Universitas Pendidikan Indonesia, dan 321 orang diterima di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.
”Untuk UIN yang baru tahun ini melakukan seleksi melalui SPMB, ada sedikit penambahan. Semula mereka hanya menerima 250 orang,” katanya.
Peserta yang diterima tahun ini, jumlahnya mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun lalu, peserta yang lulus sebanyak 7.328 orang untuk panitia lokal Bandung saja. Sementara secara nasional, peserta yang diterima tahun lalu sekitar 88.000 orang.
Selain dapat dibaca di Harian Umum Pikiran Rakyat, pengumuman SPMB juga bisa dilihat di empat perguruan tinggi negeri di Bandung melalui koran pengumuman SPMB yang dibagikan secara gratis oleh panitia lokal.
Hasil SPMB juga bisa dilihat di situs www.spmb.or.id sejak pukul 20.05 WIB. Caranya, pengguna internet memasukkan nomor peserta sebanyak 10 digit. Jika nomor yang dimasukkan ternyata diterima, akan ada jawaban bahwa nomor yang dimaksud diterima dalam nomor sekian-sekian.
Misalnya, peserta nomor 1072800602 saat dimasukkan akan mendapatkan jawaban, ”diterima di program studi 280341.” Daftar program studi tercantum dalam buku petunjuk pendaftaran SPMB. Sedangkan peserta yang tidak lolos akan mendapat jawaban, ”Maaf nomor yang Anda masukkan tidak terdapat dalam daftar peserta yang diterima.”
Semalam, sejumlah peserta SPMB tampak memenuhi warnet untuk mengakses situs tersebut. Pemandangan itu terlihat di kawasan Buahbatu dan Dipati Ukur Bandung. ”Pengguna internet memang sedikit antre karena banyak pengunjung malam ini. Dari pengunjung itu, mungkin banyak juga yang buka situs pengumuman SPMB,” ujar Agan (25), salah seorang penjaga warnet di kawasan Buahbatu.
Meski penuh, situs www.spmb.or.id dapat diakses dengan lancar. Hal tersebut diakui Nia (22), salah seorang pengunjung warnet yang membuka website SPMB. Dengan membuka website, Nia berharap bisa mengetahui hasil SPMB untuk kedua sepupunya, Gery (17) dan Dika (18) lebih cepat. ”Kirain bakal susah, ternyata sesaat setelah dimasukkan nomor peserta, hasil SPMB langsung bisa tampil di layar komputer. Alhamdulillah, keduanya diterima di ITB,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Pengurus Pusat Perhimpunan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Soesmalijah Soewondo berharap, mereka yang sudah diterima segera melakukan registrasi atau melaporkan diri ke perguruan tinggi yang bersangkutan.
"Jadwal daftar ulang bagi yang lulus bisa dilihat di perguruan tinggi Pikiran Rakyat - 3 Agustus 2007
Sekretaris Eksekutif Panitia Lokal Bandung Asep Ghana Suganda, Kamis (2/8), mengatakan, untuk panitia lokal Bandung, sebanyak 8.581 orang dari 28.250 peserta yang mendaftar dinyatakan lulus. Sebanyak 1.650 orang di antaranya diterima di Institut Teknologi Bandung, 3.780 orang diterima di Universitas Padjadjaran, 2.830 diterima di Universitas Pendidikan Indonesia, dan 321 orang diterima di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.
”Untuk UIN yang baru tahun ini melakukan seleksi melalui SPMB, ada sedikit penambahan. Semula mereka hanya menerima 250 orang,” katanya.
Peserta yang diterima tahun ini, jumlahnya mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun lalu, peserta yang lulus sebanyak 7.328 orang untuk panitia lokal Bandung saja. Sementara secara nasional, peserta yang diterima tahun lalu sekitar 88.000 orang.
Selain dapat dibaca di Harian Umum Pikiran Rakyat, pengumuman SPMB juga bisa dilihat di empat perguruan tinggi negeri di Bandung melalui koran pengumuman SPMB yang dibagikan secara gratis oleh panitia lokal.
Hasil SPMB juga bisa dilihat di situs www.spmb.or.id sejak pukul 20.05 WIB. Caranya, pengguna internet memasukkan nomor peserta sebanyak 10 digit. Jika nomor yang dimasukkan ternyata diterima, akan ada jawaban bahwa nomor yang dimaksud diterima dalam nomor sekian-sekian.
Misalnya, peserta nomor 1072800602 saat dimasukkan akan mendapatkan jawaban, ”diterima di program studi 280341.” Daftar program studi tercantum dalam buku petunjuk pendaftaran SPMB. Sedangkan peserta yang tidak lolos akan mendapat jawaban, ”Maaf nomor yang Anda masukkan tidak terdapat dalam daftar peserta yang diterima.”
Semalam, sejumlah peserta SPMB tampak memenuhi warnet untuk mengakses situs tersebut. Pemandangan itu terlihat di kawasan Buahbatu dan Dipati Ukur Bandung. ”Pengguna internet memang sedikit antre karena banyak pengunjung malam ini. Dari pengunjung itu, mungkin banyak juga yang buka situs pengumuman SPMB,” ujar Agan (25), salah seorang penjaga warnet di kawasan Buahbatu.
Meski penuh, situs www.spmb.or.id dapat diakses dengan lancar. Hal tersebut diakui Nia (22), salah seorang pengunjung warnet yang membuka website SPMB. Dengan membuka website, Nia berharap bisa mengetahui hasil SPMB untuk kedua sepupunya, Gery (17) dan Dika (18) lebih cepat. ”Kirain bakal susah, ternyata sesaat setelah dimasukkan nomor peserta, hasil SPMB langsung bisa tampil di layar komputer. Alhamdulillah, keduanya diterima di ITB,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Pengurus Pusat Perhimpunan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Soesmalijah Soewondo berharap, mereka yang sudah diterima segera melakukan registrasi atau melaporkan diri ke perguruan tinggi yang bersangkutan.
"Jadwal daftar ulang bagi yang lulus bisa dilihat di perguruan tinggi Pikiran Rakyat - 3 Agustus 2007
Kamis, 12 Juli 2007
Jumat, 25 Mei 2007
Masuk UIN Kini Melalui SPMB
Khusus untuk 69 Program Studi yang Dapat Izin Dirjen Dikti
BANDUNG, (PR). Mulai tahun ajaran baru 2007/2008 penerimaan mahasiswa baru (PMB) Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung dilakukan melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Terutama untuk 69 program studi (prodi) dari 6 fakultas yang sudah mendapat izin dari Direktorat Jenderal PendidikanTinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas.
Pembantu Rektor I Bidang Akademik UIN Bandung Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’i, M.A. menyampaikan hal itu kepada wartawan di sela-sela sosialisasi SPMB 2007/2008 di Labtek VI ITB, Selasa (22/5).
Hadir pada kesempatan tersebut Sekretaris Eksekutif Panitia SPMB Lokal Bandung Asep Gana Suganda, Wakil Rektor Senior Bidang Akademik ITB Prof. Dr. Ir. Adang Surahman, M.Sc., Pembantu Rektor I Bidang Akademik Unpad Prof. Dr. Ponpon Idjradinata, dan Pembantu Rektor I Bidang Akademik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. Utari Sumarmo.
Rachmat menjelaskan, sebagai pendatang baru dalam penyelenggaraan SPMB, UIN hanya menjaring calon mahasiswa baru dari prodi kategori umum, yakni prodi sosiologi (Fak. Ushuludin), prodi ilmu hukum (Fak. Syari’ah dan Hukum), prodi ilmu komunikasi (Fak. Dakwah & Komunikasi), prodi bahasa dan sastra Inggris ( Fak. Adab dan Humaniora), prodi psikologi (Fak. Psikologi), dan prodi teknik informatika, pertanian, matematika, biologi (Fak. Sains dan Teknologi).
Semua prodi tersebut telah mendapat izin dari Ditjen Dikti Depdiknas untuk menjaring mahasiswa baru melalui SPMB. Sedangkan prodi lain yang bersifat keagamaan, tidak masuk SPMB karena berada di bawah Departemen Agama.
Jumlah mahasiswa baru yang akan diterima UIN lewat SPMB sebanyak 251 orang. Dengan perincian Fak. Ushuludin 15 orang, Fak. Syari’ah dan Hukum 40 orang, Fak. Dakwah dan Komunikasi 40 orang, Fak. Adab dan Humaniora 40 orang, Fak. Psikologi 40 orang, dan Fak. Sains dan Teknologi 76 orang.
Waktu pengedaran formulir, pendaftaran, pengembalian formulir, dan pelaksanaan ujian tulis (utul) SPMB UIN, sama dengan jadwal yang diberlakukan panitia SPMB Lokal Bandung.
Perketat prosedur
Sementara itu, Asep Gana menjelaskan, jumlah total mahasiswa baru yang akan diterima di 4 PTN di Bandung adalah, Unpad 7.021 (3.706 dari SPMB dan 3.315 dari non-SPMB), ITB 2.995 (1.640 dari SPMB dan 1.355 dari non-SPMB), UPI 5.890 (2.770 dari SPMB dan 3.120 dari non-SPMB), serta UIN 3.280 (251 dari SPMB dan 3.029 dari non-SPMB).
Jumlah total formulir SPMB yang disediakan mencapai 28.500 lembar. Jumlah tersebut terbagi, kelompok IPA 10.000 lembar, kelompok IPS 11.300 lembar, dan kelompok IPC 7.200 lembar.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang semakin berkurangnya jumlah penerimaan mahasiswa baru dari jalur SPMB dibandingkan dengan non-SPMB, Asep Gana menyebutkan, tidak ada ketentuan yang mengharuskan PTN menerima mahasiswa lebih banyak daripada jalur SPMB. Karena pelaksanaan SPMB bukan ketentuan dari Dikti tetapi berasal dari paguyuban saja.
“Jadi, kalau suatu ketika SPMB tidak ada pun, bisa saja terjadi. Karena pelaksanaan SPMB bukan ketentuan yang diharuskan oleh Dikti atau pemerintah tetapi oleh paguyuban,” ujarnya menambahkan.
Perihal pengamanan SPMB dari perjokian, Asep mengatakan, panitia akan memperketat sistem prosedur. Namun tidak akan menambah jumlah petugas pengamanan. Panitia juga tidak akan menyediakan alat detektor untuk mendeteksi berbagai kemungkinan terjadinya kecurangan.
”Harganya mahal, makanya kita hanya akan memperketat prosedurnya. Bukan pada penambahan jumlah petugas pengamanan ataupun pengadaan alat,” katanya menambahkan. (A-148)*** - PIKIRAN RAKYAT - Jumat, 25 Mei 2007
BANDUNG, (PR). Mulai tahun ajaran baru 2007/2008 penerimaan mahasiswa baru (PMB) Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung dilakukan melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Terutama untuk 69 program studi (prodi) dari 6 fakultas yang sudah mendapat izin dari Direktorat Jenderal PendidikanTinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas.
Pembantu Rektor I Bidang Akademik UIN Bandung Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’i, M.A. menyampaikan hal itu kepada wartawan di sela-sela sosialisasi SPMB 2007/2008 di Labtek VI ITB, Selasa (22/5).
Hadir pada kesempatan tersebut Sekretaris Eksekutif Panitia SPMB Lokal Bandung Asep Gana Suganda, Wakil Rektor Senior Bidang Akademik ITB Prof. Dr. Ir. Adang Surahman, M.Sc., Pembantu Rektor I Bidang Akademik Unpad Prof. Dr. Ponpon Idjradinata, dan Pembantu Rektor I Bidang Akademik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. Utari Sumarmo.
Rachmat menjelaskan, sebagai pendatang baru dalam penyelenggaraan SPMB, UIN hanya menjaring calon mahasiswa baru dari prodi kategori umum, yakni prodi sosiologi (Fak. Ushuludin), prodi ilmu hukum (Fak. Syari’ah dan Hukum), prodi ilmu komunikasi (Fak. Dakwah & Komunikasi), prodi bahasa dan sastra Inggris ( Fak. Adab dan Humaniora), prodi psikologi (Fak. Psikologi), dan prodi teknik informatika, pertanian, matematika, biologi (Fak. Sains dan Teknologi).
Semua prodi tersebut telah mendapat izin dari Ditjen Dikti Depdiknas untuk menjaring mahasiswa baru melalui SPMB. Sedangkan prodi lain yang bersifat keagamaan, tidak masuk SPMB karena berada di bawah Departemen Agama.
Jumlah mahasiswa baru yang akan diterima UIN lewat SPMB sebanyak 251 orang. Dengan perincian Fak. Ushuludin 15 orang, Fak. Syari’ah dan Hukum 40 orang, Fak. Dakwah dan Komunikasi 40 orang, Fak. Adab dan Humaniora 40 orang, Fak. Psikologi 40 orang, dan Fak. Sains dan Teknologi 76 orang.
Waktu pengedaran formulir, pendaftaran, pengembalian formulir, dan pelaksanaan ujian tulis (utul) SPMB UIN, sama dengan jadwal yang diberlakukan panitia SPMB Lokal Bandung.
Perketat prosedur
Sementara itu, Asep Gana menjelaskan, jumlah total mahasiswa baru yang akan diterima di 4 PTN di Bandung adalah, Unpad 7.021 (3.706 dari SPMB dan 3.315 dari non-SPMB), ITB 2.995 (1.640 dari SPMB dan 1.355 dari non-SPMB), UPI 5.890 (2.770 dari SPMB dan 3.120 dari non-SPMB), serta UIN 3.280 (251 dari SPMB dan 3.029 dari non-SPMB).
Jumlah total formulir SPMB yang disediakan mencapai 28.500 lembar. Jumlah tersebut terbagi, kelompok IPA 10.000 lembar, kelompok IPS 11.300 lembar, dan kelompok IPC 7.200 lembar.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang semakin berkurangnya jumlah penerimaan mahasiswa baru dari jalur SPMB dibandingkan dengan non-SPMB, Asep Gana menyebutkan, tidak ada ketentuan yang mengharuskan PTN menerima mahasiswa lebih banyak daripada jalur SPMB. Karena pelaksanaan SPMB bukan ketentuan dari Dikti tetapi berasal dari paguyuban saja.
“Jadi, kalau suatu ketika SPMB tidak ada pun, bisa saja terjadi. Karena pelaksanaan SPMB bukan ketentuan yang diharuskan oleh Dikti atau pemerintah tetapi oleh paguyuban,” ujarnya menambahkan.
Perihal pengamanan SPMB dari perjokian, Asep mengatakan, panitia akan memperketat sistem prosedur. Namun tidak akan menambah jumlah petugas pengamanan. Panitia juga tidak akan menyediakan alat detektor untuk mendeteksi berbagai kemungkinan terjadinya kecurangan.
”Harganya mahal, makanya kita hanya akan memperketat prosedurnya. Bukan pada penambahan jumlah petugas pengamanan ataupun pengadaan alat,” katanya menambahkan. (A-148)*** - PIKIRAN RAKYAT - Jumat, 25 Mei 2007
Selasa, 10 April 2007
Kekhawatiran Menghadapi Ujian Nasional 2007
Oleh : MAMAN, S.Pd.
SETIDAKNYA ada empat hal yang khas dalam Ujian Nasional (UN) 2007, yang membedakannya dari UN tahun-tahun sebelumnya. Pertama, kriteria kelulusan peserta UN yang mensyaratkan siswa memiliki nilai rata-rata 5,00.
Para siswa juga disyaratkan memiliki nilai minimal 4,00 pada salah satu mata pelajaran dengan nilai dua mata pelajaran lainnya minimal 6,00. Misalnya, jika matematika mendapatkan nilai 4,25, bahasa Inggris 5,75, dan bahasa Indonesia 5,00 siswa tersebut dinyatakan lulus. Atau, matematika mendapatkan nilai 4,00; bahasa Inggris dan bahasa Indonesia masing-masing mendapatkan 6,00 maka siswa tersebut dinyatakan lulus. Jika kriteria minimal seperti itu tidak dapat dicapai, siswa yang bersangkutan dinyatakan tidak lulus.
Kedua, paket soal dalam UN 2007 terdiri atas dua jenis, masing-masing dinamakan paket A dan paket B. Ini berlaku dalam setiap ruangan. Artinya, dalam satu ruangan ujian, yang terdiri atas maksimal 20 peserta, peserta UN dibagi dua, 10 orang mendapatkan soal paket A, dan 10 orang lainnya mendapatkan soal paket B. Ketentuannya, peserta nomor ganjil mendapatkan soal paket A dan peserta nomor genap mendapatkan soal paket B.
Skema ini merupakan ketentuan baku, yaitu nomor peserta diurut menyamping, kemudian ke belakang, ke samping lagi, ke belakang lagi dan seterusnya dengan membentuk leter S. Dengan demikian, masing-masing paket soal beredar dalam posisi diagonal. Dan, masing-masing peserta UN akan mendapatkan soal yang berbeda dengan teman di samping kanan dan kirinya, berbeda pula dengan teman di depan atau di belakangnya. Sebagai contoh, peserta nomor 002, yang mendapatkan soal paket B, akan berbeda dengan teman di belakangnya (nomor 007), berbeda dengan teman di samping kirinya (nomor 003), dan berbeda pula dengan teman di samping kanannya (nomor 001).
Ketiga, sistem pengawasan dan pengumpulan lembar jawaban seusai ujian. Jika pada tahun-tahun yang lalu pengawas hanya bertugas membagikan soal dan lembar jawaban, mengumpulkan lembar jawaban secara berurut, kemudian menyetorkannya ke panitia; sekarang mereka mendapatkan tugas baru. Setelah lembar jawaban dikumpulkan dan disusun secara berurut, sang pengawas harus langsung memasukkannya ke dalam amplop lembar jawaban dan mengelemnya rapat-rapat. Dengan demikian, panitia tidak dapat memeriksa atau mengurutkan ulang. Panitia hanya menerima lembar jawaban dari pengawas dalam keadaan amplop tertutup rapat dan harus langsung disetorkan ke panitia tingkat kabupaten/kota.
Keempat, peserta UN yang tidak lulus harus mengulang UN pada tahun berikutnya. Hal ini berbeda dengan tahun lalu ketika peserta UN masih bisa mengikuti ujian ulang sebulan berikutnya apabila pada ujian utama tidak lulus. Kalaupun terpaksa ingin segera memiliki ijazah setingkat SMA, misalnya, mereka boleh mengikuti ujian program paket C. Hanya, rasanya menyakitkan. Bersekolah bertahun-tahun di SMA, sementara ijazah didapatkan di program paket C, yang notabene berada di luar jalur sekolah.
Keempat hal di atas, di satu sisi merupakan satu langkah maju. Namun di sisi lain, hal itu tak kurang mengkhawatirkan. Kriteria kelulusan tetap saja membuat waswas peserta UN karena harus mengejar target nilai semacam demikian. Selanjutnya, perbedaan paket soal akan cukup merepotkan panitia maupun pengawas. Panitia harus memilah dulu mana soal paket A dan mana soal paket B. Begitupun dengan pengawas ruangan. Harus benar-benar jeli jangan sampai salah memberikan.
Yang paling mengkhawatirkan adalah apabila seorang peserta UN tidak mencapai angka nilai yang masuk kriteria minimal kelulusan. Ia tidak dapat memperoleh ijazah, juga tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dan harus mengulang UN pada tahun 2008 mendatang. Ketentuan boleh beralih ke paket B (bagi siswa SMP), atau paket C (bagi siswa SMA), tentu bukan solusi yang menggembirakan.
Namun bagaimanapun, pemerintah telah menetapkan ketentuan demikian. Dan siapa pun harus mengikutinya. Kita berdoa saja semoga kekhawatiran-kekhawatiran seperti di atas tidak teralami. Mudah-mudahan!***
Penulis, guru bahasa dan sastra Indonesia SMAN 1 Kadugede, Kab. Kuningan, Jawa Barat. Harian PIKIRAN RAKYAT Selasa, 10 April 2007
SETIDAKNYA ada empat hal yang khas dalam Ujian Nasional (UN) 2007, yang membedakannya dari UN tahun-tahun sebelumnya. Pertama, kriteria kelulusan peserta UN yang mensyaratkan siswa memiliki nilai rata-rata 5,00.
Para siswa juga disyaratkan memiliki nilai minimal 4,00 pada salah satu mata pelajaran dengan nilai dua mata pelajaran lainnya minimal 6,00. Misalnya, jika matematika mendapatkan nilai 4,25, bahasa Inggris 5,75, dan bahasa Indonesia 5,00 siswa tersebut dinyatakan lulus. Atau, matematika mendapatkan nilai 4,00; bahasa Inggris dan bahasa Indonesia masing-masing mendapatkan 6,00 maka siswa tersebut dinyatakan lulus. Jika kriteria minimal seperti itu tidak dapat dicapai, siswa yang bersangkutan dinyatakan tidak lulus.
Kedua, paket soal dalam UN 2007 terdiri atas dua jenis, masing-masing dinamakan paket A dan paket B. Ini berlaku dalam setiap ruangan. Artinya, dalam satu ruangan ujian, yang terdiri atas maksimal 20 peserta, peserta UN dibagi dua, 10 orang mendapatkan soal paket A, dan 10 orang lainnya mendapatkan soal paket B. Ketentuannya, peserta nomor ganjil mendapatkan soal paket A dan peserta nomor genap mendapatkan soal paket B.
Skema ini merupakan ketentuan baku, yaitu nomor peserta diurut menyamping, kemudian ke belakang, ke samping lagi, ke belakang lagi dan seterusnya dengan membentuk leter S. Dengan demikian, masing-masing paket soal beredar dalam posisi diagonal. Dan, masing-masing peserta UN akan mendapatkan soal yang berbeda dengan teman di samping kanan dan kirinya, berbeda pula dengan teman di depan atau di belakangnya. Sebagai contoh, peserta nomor 002, yang mendapatkan soal paket B, akan berbeda dengan teman di belakangnya (nomor 007), berbeda dengan teman di samping kirinya (nomor 003), dan berbeda pula dengan teman di samping kanannya (nomor 001).
Ketiga, sistem pengawasan dan pengumpulan lembar jawaban seusai ujian. Jika pada tahun-tahun yang lalu pengawas hanya bertugas membagikan soal dan lembar jawaban, mengumpulkan lembar jawaban secara berurut, kemudian menyetorkannya ke panitia; sekarang mereka mendapatkan tugas baru. Setelah lembar jawaban dikumpulkan dan disusun secara berurut, sang pengawas harus langsung memasukkannya ke dalam amplop lembar jawaban dan mengelemnya rapat-rapat. Dengan demikian, panitia tidak dapat memeriksa atau mengurutkan ulang. Panitia hanya menerima lembar jawaban dari pengawas dalam keadaan amplop tertutup rapat dan harus langsung disetorkan ke panitia tingkat kabupaten/kota.
Keempat, peserta UN yang tidak lulus harus mengulang UN pada tahun berikutnya. Hal ini berbeda dengan tahun lalu ketika peserta UN masih bisa mengikuti ujian ulang sebulan berikutnya apabila pada ujian utama tidak lulus. Kalaupun terpaksa ingin segera memiliki ijazah setingkat SMA, misalnya, mereka boleh mengikuti ujian program paket C. Hanya, rasanya menyakitkan. Bersekolah bertahun-tahun di SMA, sementara ijazah didapatkan di program paket C, yang notabene berada di luar jalur sekolah.
Keempat hal di atas, di satu sisi merupakan satu langkah maju. Namun di sisi lain, hal itu tak kurang mengkhawatirkan. Kriteria kelulusan tetap saja membuat waswas peserta UN karena harus mengejar target nilai semacam demikian. Selanjutnya, perbedaan paket soal akan cukup merepotkan panitia maupun pengawas. Panitia harus memilah dulu mana soal paket A dan mana soal paket B. Begitupun dengan pengawas ruangan. Harus benar-benar jeli jangan sampai salah memberikan.
Yang paling mengkhawatirkan adalah apabila seorang peserta UN tidak mencapai angka nilai yang masuk kriteria minimal kelulusan. Ia tidak dapat memperoleh ijazah, juga tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dan harus mengulang UN pada tahun 2008 mendatang. Ketentuan boleh beralih ke paket B (bagi siswa SMP), atau paket C (bagi siswa SMA), tentu bukan solusi yang menggembirakan.
Namun bagaimanapun, pemerintah telah menetapkan ketentuan demikian. Dan siapa pun harus mengikutinya. Kita berdoa saja semoga kekhawatiran-kekhawatiran seperti di atas tidak teralami. Mudah-mudahan!***
Penulis, guru bahasa dan sastra Indonesia SMAN 1 Kadugede, Kab. Kuningan, Jawa Barat. Harian PIKIRAN RAKYAT Selasa, 10 April 2007
Langganan:
Postingan (Atom)